Humanisme di KABBALAH
Ancaman Global, Ilmu Pengetahuan 1 Comments »
AKAR HUMANISME
DI DALAM KABBALAH
Kita telah memahami Kabbalah sebagai sebuah doktrin yang
berasal dari Mesir Kuno, lalu memasuki dan mencemari agama yang diturunkan
Allah kepada bani Israil. Kita juga telah memahami bahwa ia berlandaskan pada
cara berpikir yang sesat, yang menganggap manusia sebagai makhluk agung yang
tidak diciptakan sebelumnya dan telah ada tanpa permulaan.
Humanisme memasuki Eropa dari sumber ini. Keyakinan
kristiani berdasarkan kepada keberadaan Tuhan, dan bahwa manusia adalah
hamba-hamba ciptaan-Nya yang tergantung kepada-Nya. Namun, dengan penyebaran
tradisi Templar di seluruh Eropa, Kabbalah mulai menarik banyak filsuf. Maka, di
abad ke-15, arus humanisme bermula dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan
di dalam kancah pemikiran Eropa.
Para calon anggota persekutuan humanis awal ini adalah pengikut
Kuasa Agung Arsitek Kosmos yang Agung yang mereka representasikan dalam bentuk
Tetragrammaton Sakral, YHWH…. (kaum humanis) meminjam lambang-lambang lain
Piramid dan Mata Yang Melihat Segalanya terutama dari sumber-sumber Mesir. 40
Hubungan antara humanisme dan Kabbalah ini telah
ditegaskan dalam sejumlah sumber. Salah satunya adalah buku dari pengarang
terkenal Malachi Martin yang berjudul The Keys of This Blood. Martin
adalah seorang profesor sejarah pada Lembaga Injil Kepausan Vatikan. Ia
mengungkapkan bahwa pengaruh Kabbalah dapat dengan jelas teramati di antara
para kaum humanis:
Di dalam iklim ketidakpastian dan tantangan tidak biasa
yang menandai zaman Italia Renaisans-awal ini, bangkitlah sebuah jaringan
persekutuan kaum Humanis yang bercita-cita melepaskan diri dari kendali
menyeluruh dari tatanan mapan itu. Dengan cita-cita seperti ini,
persekutuan-persekutuan ini harus berada di dalam lindungan kerahasiaan, paling
tidak pada awalnya. Namun di samping kerahasiaan, kelompok-kelompok humanis ini
ditandai oleh dua ciri utama lainnya.
Pertama, mereka memberontak terhadap penafsiran tradisional
tentang Injil sebagaimana dipertahankan oleh otoritas gerejawi dan sipil, serta
menentang pilar-pilar filosofis dan teologis yang dikeluarkan oleh gereja bagi kehidupan sipil dan politis…
Dengan sikap permusuhan seperti itu, tidak mengagetkan jika
kelompok-kelompok ini memunyai konsepsi sendiri tentang pesan orisinil dari
Injil dan wahyu Tuhan. Mereka mengunci diri di dalam apa yang mereka sebut
sebagai bentuk pengetahuan yang sangat rahasia, sebuah gnosis, yang sebagiannya
mereka landaskan pada rantai kepemujaan dan klenik yang berasal dari Afrika
Utara khususnya Mesir dan, sebagiannya, Kabbalah Yahudi yang klasik itu….
Kaum
humanis Italia membuang bagian dari gagasan Kabbalah nyaris tanpa dikenali. Mereka
merekonstruksi konsep gnosis, dan memindahkannya ke latar duniawi yang
sepenuhnya ini. Gnosis khusus yang mereka cari adalah suatu pengetahuan
rahasia tentang bagaimana menguasai kekuatan alam yang buta untuk tujuan
sosio-politis. 39
Pendeknya,
masyarakat humanis yang terbentuk pada masa itu ingin menggantikan budaya
Katolik Eropa dengan sebuah budaya baru yang berakar pada Kabbalah. Mereka
bermaksud menciptakan perubahan sosiopolitis untuk mewujudkannya. Menarik bahwa
di samping Kabbalah, pada sumber budaya baru ini terdapat doktrin-doktrin Mesir
Kuno. Prof. Martin menulis:
Menarik
sekali bahwa kaum humanis menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta”,
sebuah istilah yang masih digunakan oleh kaum Mason saat ini. Ini menunjukkan
bahwa pastilah terdapat hubungan antara kaum humanis dan Mason. Prof. Martin
menulis:
Sementara,
di daerah utara lainnya, berlangsung sebuah persatuan yang jauh lebih penting
dengan para humanis. Sebuah persatuan yang tak diduga siapa pun.
Di
tahun 1300-an, selama masa persekutuan pengikut kaballah dan humanis mulai
menemukan bentuk-nya, telah ada terlebih dahulu terutama di Inggris,
Skotlandia, dan Prancis berbagai gilda manusia abad pertengahan….
Tidak seorang pun yang hidup di tahun 1300-an dapat
memperkirakan penggabungan pemikiran antara gilda-gilda freemasonry dan kaum
humanis Italia….
Freemasonry
baru bergeser dari semua kesetiaan kepada agama Kristen gerejawi Romawi. Dan
sekali lagi, sebagaimana pada para humanis klenik Italia, kerahasiaan yang
dijamin oleh tradisi Loge sangat penting dalam keadaan tersebut. Namun
selain kerahasiaan, kedua kelompok memiliki kesamaan yang lebih banyak lagi.
Dari berbagai tulisan dan catatan Masonry yang spekulatif, jelaslah bahwa
ajaran keagamaan pusat menjadi kepercayaan kepada Arsitek Agung Alam Semesta
suatu sosok yang sekarang akrab dari pengaruh para humanis Italia…. Arsitek
Agung ada dan menjadi bagian penting dari materi kosmos, sebuah hasil dari
pemikiran yang “tercerahkan.”
Tidak ada dasar konseptual yang dapat menghubungkan
keyakinan seperti ini dengan agama Kristen. Belum lagi semua gagasan seperti
dosa, Neraka sebagai hukuman dan Surga sebagai ganjaran, dan Pengorbanan abadi
dari Misa, santo dan malaikat, pendeta dan paus. 41
Singkatnya, di Eropa abad keempat belas, sebuah
organisasi humanis dan Masonik lahir dengan mengakar kepada Kabbalah. Dan bagi
organisasi ini, Tuhan tidaklah sebagaimana pandangan Yahudi, Kristen, dan
Muslim: yakni sebagai Pencipta dan Pengatur segenap alam semesta dan
satu-satunya Penguasa, serta Tuhan dari umat manusia. Alih-alih, mereka
memunyai konsep sendiri, seperti “Arsitek Agung Alam Semesta”, yang mereka
pandang sebagai “bagian dari alam materi”.
Dengan kata lain, organisasi
rahasia ini menolak Tuhan, sebaliknya, melalui konsep “Arsitektur Agung Alam
Semesta” menerima alam materi sebagai suatu bentuk ketuhanan.
Agar mendapatkan definisi yang lebih jelas dari
kepercayaan yang rusak ini, kita dapat meloncat ke abad kedua puluh dan
mengamati literatur Masonik. Misalnya, salah satu pengikut Mason Turki yang
paling senior, Selami Isindag, mengarang buku berjudul Masonluktan Esinlenmeler
(Inspirasi dari Freemasonry). Tujuan dari buku ini adalah untuk mendidik
pengikut Mason muda. Mengenai kepercayaan Mason terhadap “Arsitek Agung Alam
Semesta”, ia mengungkapkan:
Masonry bukannya tanpa Tuhan. Namun konsep Tuhan mereka
berbeda dari yang ada pada agama. Tuhan Masonry
adalah sebuah prinsip agung. Ia berada pada puncak evolusi. Dengan
mengkritisi keberadaan di dalam diri kita, mengenal diri kita, dan
secara sengaja menempuh jalan sains, kecerdasan, dan kebajikan, kita dapat
mengurangi sudut antara ia dan diri kita. Kemudian, tuhan ini memiliki ciri-ciri baik dan buruk dari manusia. Ia
tidak mewujud sebagai pribadi. Ia tidak dipandang sebagai tuntunan alam atau umat
manusia. Ia adalah arsitek dari karya agung alam semesta, kesatuan
dan keselarasannya. Ia
adalah totalitas dari semua makhluk di alam semesta, sebuah kekuatan total yang
mencakup segala sesuatu, dan energi. Walau begitu, tidak dapat dianggap bahwa ia adalah suatu permulaan… ini
sebuah misteri besar. 42
Di
buku yang sama, jelas jika kaum Freemason menyebut tentang “Arsitek Agung Alam
Semesta”, yang dimaksudkan adalah alam, atau, artinya mereka
menyembah alam:
Selain alam, tidak mungkin ada kekuatan yang bertanggung
jawab atas pikiran atau tindakan kita…. Prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin Masonry adalah
fakta-fakta ilmiah yang berdasarkan kepada sains dan kecerdasan. Tuhan adalah
evolusi. Unsurnya adalah kekuatan alam. Jadi realitas absolut adalah evolusi
itu sendiri dan energi yang mencakupnya. 43
Majalah
Mimar Sinan, sebuah organisasi penerbitan khusus bagi kaum Freemason
Turki juga memberikan pernyataan tentang filsafat Masonik yang sama:
Arsitek Agung Alam Semesta adalah kecenderungan menuju
keabadian. Ia adalah jalan masuk ke
keabadian. Bagi kami, ia adalah suatu pendekatan. Ia menuntut
pencarian tanpa henti terhadap kesempur-naan mutlak di keabadian. Ia membuat
jarak antara saat sekarang dan Freemason yang berpikir, atau, kesadaran. 44
Inilah kepercayaan yang dimaksudkan para Mason ketika
berujar, "kami memercayai Tuhan, kami sama sekali tidak menerima ateis di
sekitar kami." Bukannya Tuhan yang disembah para Mason, namun
konsep-konsep naturalis dan humanis semacam alam, evolusi, dan kemanusiaan yang
dituhankan oleh filosofi mereka.
Jika
kita sekilas mengamati literatur Masonik, kita dapat mulai melihat bahwa
organisasi ini tidak lebih dari humanisme yang terorganisasi, juga memahami
bahwa sasarannya adalah untuk menciptakan sebuah tatanan humanis sekuler di
seluruh penjuru dunia. Berbagai gagasan ini lahir di antara kalangan humanis
dari Eropa abad keempat belas; sementara para Mason saat ini masih mengajukan
dan membelanya.
Nice blog